Menuju Universitas
Kelas Dunia
Menilai tingkat kualitas pendidikan
dan juga mutu sumber daya manusia di suatu negara dapat dilakukan dengan
berbagai parameter. Salah satunya adalah dengan menilai peringkat perguruan
tinggi yang ada di negara tersebut. Daftar peringkat
universitas terbaik Asia 2011 telah diterbitkan oleh lembaga
terkemuka pemeringkat perguruan tinggi dunia,
Quacquarelli
Symonds (QS) menyebutkan Universitas Indonesia menjadi yang terbaik di Indonesia dan bertengger di peringkat 50 Asia. Universitas Gajah Mada di peringkat 80, Universitas Airlangga di peringkat 86, dan Institut Teknologi Bandung ada di peringkat 98. Sementara Universitas Padjajaran ada di peringkat 128 dan Institut Pertanian Bogor ada di peringkat 134. Satu-satunya wakil Asia Tenggara dalam daftar 10 besar adalah Singapura melalui National University of Singapore (NUS). Daftar versi QS menunjukkan, Indonesia masih
kalah bersaing dengan Thailand dan Malaysia.
Symonds (QS) menyebutkan Universitas Indonesia menjadi yang terbaik di Indonesia dan bertengger di peringkat 50 Asia. Universitas Gajah Mada di peringkat 80, Universitas Airlangga di peringkat 86, dan Institut Teknologi Bandung ada di peringkat 98. Sementara Universitas Padjajaran ada di peringkat 128 dan Institut Pertanian Bogor ada di peringkat 134. Satu-satunya wakil Asia Tenggara dalam daftar 10 besar adalah Singapura melalui National University of Singapore (NUS). Daftar versi QS menunjukkan, Indonesia masih
kalah bersaing dengan Thailand dan Malaysia.
Hal
ini sungguh sangat disayangkan, karena Malaysia yang dahulu
belajar masalah pendidikan di Indonesia kini kualitas mereka jauh
lebih maju dari pada Indonesia. Ketertinggalan kita dalam hal peringkat perguruan tinggi
di lingkup Asia Tenggara tak
lepas dari rendahnya minat menulis dan melakukan penelitian di lingkungan
kampus baik itu yang
dilakukan oleh mahasiswa maupun
dosen. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan untuk
meningkatkan peringkat perguruan tinggi
Indonesia di mata dunia. Baru-baru ini Kementerian
Pendidikan Tinggi mengeluarkan surat edaran tertanggal 27 Januari 2012,
bernomor 152/E/T/2012 perihal tentang Publikasi Karya Ilmiah (www.lampungpost.com), yang menyebutkan untuk
kelulusan sebelum periode bulan Agustus tahun ini, selain skripsi, mahasiswa
juga dituntut untuk membuat jurnal ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal internasional.
Suatu langkah konkret dari pihak Dikti menyikapi rendahnya jurnal yang
dihasilkan oleh mahasiswa. Kebijakan tersebut
untuk meningkatakan peringkat perguruan tinggi di Indonesia, Karena salah satu yang menjadi penilaian dalam pemeringkatan perguruan tinggi
adalah seberapa banyak jurnal ilmiah yang dipublikasikan di jurnal
internasional.
Rendahnya minat mahasiswa maupun dosen dalam melakukan
penelitian sangat disayangkan, karena penelitian merupakan tonggak utama
aktifitas akademik di lingkungan kampus. Tanpa adanya riset ataupun penelitian
yang dihasilkan oleh suatu perguruan tinggi, maka menjadi kuranglah nilai-nilai
dari perguruan tinggi tersebut, karena salah satu dari Tri Dharma Perguruan
Tinggi adalah melakukan penelitian disamping pengajaran dan pengabdian kepada
masyarakat. Data yang dilaporkan oleh Science
Direct, Elsevier menunjukkan bahwa sejak tahun 1996 output riset
Indonesia adalah 500an dan hingga 2007 tetap masih kurang dari 1000 paper, sama dengan Filippina dan
Vietnam, sementara Thailand sudah berada pada 1000an pada tahun 1996 dan
melonjak mencapai 5500an pada tahun 2007. Malaysia pada tahun 1996 mempunyai
output riset 1000an dan meningkat menjadi 3500an pada tahun 2007. Rendahnya
publikasi ilmiah peneliti di perguruan tinggi di Indonesia pada jurnal ilmiah
bereputasi internasional merupakan faktor penting terhalangnya perguruan tinggi
Indonesia masuk ke World Class University. Karena untuk menjadi World
Class University harus mendapat penilaian dan pengakuan yang berskala
internasional melalui akreditasi
internasional. World Class University dapat difahami sebagai mekanisme
perankingan dalam skala internasional. Jadi secara umum World Class
University adalah kampus-kampus yang menempati peringkat atas dalam
pemeringkatan yang dilakukan oleh lembaga pemeringkatan berskala internasional.
Langkah yang dilakukan oleh Dikti
menurut penulis sudah tepat, karena dengan menerapkan kebijakan tersebut akan
banyak manfaat yang diperoleh bangsa Indonesia pada umumnya dan Departemen
Pendidikan Nasional pada khususnya dalam meningkatkan jumlah publikasi jurnal ilmiah di tingkat Internasional dan pada
akhirnya akan meningkatkan jumlah perguruan tinggi di Indonesia yang masuk
dalam World Class University. Di
samping itu juga untuk Meningkatkan Citation Index peneliti
Indonesia, Membuka peluang-peluang penghargaan Internasional, Meningkatnya
nilai produk Indonesia di pasar internasional
akibat penerapan IPTEK,
dan terciptanya iklim
akademik yang bernuansa global. Dengan
banyaknya perguruan tinggi Indonesia yang masuk dalam World Class University secara tidak langsung menunjukkan pengembangan sumber
daya manusia yang semakin baik.
Daftar Rujukan :
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar